Minggu, 01 Agustus 2010

SELAMAT DATANG RAMADHAN



Ramadhan merupakan bulan yang suci dan mulia yang kehadir¬annya senantiasa didambakan oleh setiap muslim, di mana saja mereka berada. Bulan ini merupakan bulan yang dipenuhi dengan rahmat dan berkah dari Allah s.w.t. Dalam bulan Ramadhan yang agung itu banyak peristiwa penting terjadi, seperti kemenangan kaum muslimin dalam perang Badar, terbukanya kota Makkah, bulan yang di dalamnya terdapat malam kemuliaan yang disebut Lailatul Qadar. Yaitu suatu malam yang ni¬lainya lebih baik dari seribu bulan. Dalam bulan Ramadhan, setiap ibadah dilipatgandakan balasannya dan setiap orang yang beriman digairahkan untuk berbuat kebajikan, bulan turunnya al-Qur’an, bulan kesabaran, dan berba¬gai keutamaan lain yang berkaitan dengan ibadah dan mu’amalah yang diajarkan Islam.


Keistimewaan bulan Ramadhan banyak disebutkan dalam hadis Nabi s.a.w., antara lain:


“Shalat lima waktu, antara Jum’at dengan Jum’at yang lain, antara Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya dapat menghapus¬kan dosa-dosa yang dilakukan di antaranya, apabila menjauhi dosa besar”. (Hadis Shahih, Riwayat Imam Muslim: 344, dan Imam Ahmad: 8830, dengan redaksi hadis dari riwayat Imam Muslim)


Dalam hadisnya yang lain, Rasul Muhammad s.a.w. menyebutkan bahwa di bulan Ramadhan seperti juga disebutkan dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 183, orang Islam diwajibkan berpuasa di siang harinya dan disunnahkan shalat di malam harin¬ya sebagaimana disebutkan dalam hadis. Mereka yang berpuasa dengan baik sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan al-Sunnah, akan terlepas dari dosa-dosanya sehingga menjadi bersih kembali. Berdasarkan sabda Nabi s.a.w.


Dari Abu Hurairah r.a., Nabi s.a.w. bersabda: "Siapa yang melaksanakan puasa Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan, maka diampuni dosanya yang telah berlalu”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 37 dan Muslim: 1266).


Dari Abu Hurairah r.a. menuturkan,“Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadis dari al-Nasa’i)


Selama bulan Ramadhan sebagai bulan yang suci dan mulia, seorang muslim senantiasa meningkatkan amal dan ibadahnya dengan penuh suka cita. Dan para Malaikat senantiasa berseru:


“Wahai orang-orang yang menghendaki kebajikan, bergembiralah dan wahai orang-orang yang menghendaki keburukan tahanlah dirimu”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2080 dan Ahmad: 18042, dengan redaksi hadis dari al-Nasa’i)


Seseorang yang melaksanakan puasa di bulan Ramadhan sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya akan memperoleh keis¬timewaan-keistimewaan yang belum pernah diberikan kepada umat yang lain, sebelum umat Nabi Muhammad s.a.w. Dengan keistimewaan-keistimewaan itu manusia akan meraih kebaikan dan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat.


Rasulullah s.a.w. bersabda, “Telah diberikan kepada umatku di bulan Ramadhan, lima hal yang belum pernah diberikan kepada seorang Nabipun sebelumku yaitu: (1) Pada awal bulan Ramadhan, Allah s.w.t melihat umatku. Siapa yang dilihat oleh Allah, maka dia tidak akan disiksa untuk selama-lamanya. (2) Aroma mulut orang yang berpuasa, di sisi Allah lebih baik dari aroma misik (kasturi). (3) Para malaikat memohon ampunan untuk umatku siang dan malam. (4) Allah s.w.t memerintahkan (penjaga) surga-Nya: “Bersiap-siaplah dan berhiaslah kamu untuk hamba-hambaKu, mereka akan beristirahat dari kesulitan hidup di dunia menuju ke tempat-Ku dan kemuliaan-Ku”, dan (5) Pada akhir malam bulan Ramadhan Allah mengampuni dosa-dosa mereka seluruhnya”. Seorang sahabat bertanya: “Apakah itu malam Qadar wahai Rasulullah?”. Nabi menjawab: “Tidak, tidakkah kamu mengetahui bahwa para pekerja, apabila mereka selesai dari pekerjaannya, niscaya akan dibayar upahnya”. (Hadis Hasan, Riwayat al-Baihaqi dalam kitab Syua'b al-Iman: 3450)






Persiapan Menyambut Bulan Ramadhan


Untuk menyambut Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan rahmat dan karunia Allah, kita harus mengadakan persiapan-persia¬pan yang dianggap perlu dan bermanfaat, terutama dalam meningkat¬kan taqwa kepada Allah s.w.t. Di antara persiapan-persiapan itu adalah:


Hendaknya kita mengadakan atau memprakarsai kegiatan ceramah di akhir bulan Sya’ban untuk menyambut bulan Ramadhan. Ceram¬ah itu bisa dilakukan di majlis ta’lim dan tempat-tempat penga¬jian, atau pengarahan-pengarahan singkat untuk keluarga kita masing-masing. Dalam ceramah itu dijelaskan berbagai bimbin¬gan bagi jamaah atau keluarga kita, agar dapat mengisi bulan yang penuh berkah itu dengan amal ibadah yang diridhai oleh Allah s.w.t. Jangan sampai terjadi, bulan yang teramat agung itu berlalu begitu saja, tanpa meninggalkan kesan yang menda¬lam yang dapat meningkatkan ibadah dan amal shaleh kita kepada Allah s.w.t.


Ceramah pengarahan menyambut bulan Ramadhan ini dilakukan Nabi di depan para sahabatnya, dengan menyampaikan ceramah singkat mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan tuntunan Ramadhan. Agar kita semua dapat mengambil manfaat dari pengarahan Rasul s.a.w. tersebut, berikut ini dicantumkan ceramah beliau dengan lengkap:






“Wahai manusia, sesungguhnya telah menaungi kamu bulan yang agung dan penuh berkah. Bulan yang di dalamnya terdapat suatu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Pada bulan itu, Allah menjadikan puasanya sebagai suatu kewajiban dan qiyam atau shalat di malam harinya sebagai ibadah sunnah. Siapa yang mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu kebaji¬kan, maka nilainya sama dengan mengerjakan kewajiban di bulan lain. Siapa yang mengerjakan suatu kewajiban dalam bulan Ramadhan tersebut, maka sama dengan menjalankan tujuh puluh kewajiban di bulan lain. Ramadhan itu adalah bulan kesabaran; sedangkan ketabahan dan kesabaran, balasannya adalah surga. Ramadhan adalah bulan pertolongan, pada bulan itu rizki orang-orang mukmin ditambah. Siapa yang memberikan makanan untuk berbuka bagi orang yang berpuasa di bulan itu, maka ia akan diampuni dosanya, dibebaskan dari api neraka. Orang itu memperoleh pahala seperti orang yang berpuasa tersebut. Sedangkan pahala puasa bagi orang yang melakukannya, tidak berkurang sedikitpun. Para sahabat bertanya: “Wahai Rasulullah, kami tidak semua memiliki makanan untuk berbuka bagi orang lain”. Bersabda Rasulullah s.a.w.: “Allah memberikan pahala kepada orang yang memberikan sebutir kurma, atau seteguk air, atau seteguk susu”. Dialah Ramadhan, bulan yang permulaannya dipenuhi dengan rahmat, periode pertengahannya dipenuhi dengan ampunan dan maghfirah, pada periode terakhirnya merupakan pembebasan manusia dari azab neraka. Barang siapa yang meringankan beban pekerjaan pembantu-pembantu rumah tangganya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan membebaskannya dari api neraka. Oleh karena itu dalam bulan Ramadhan ini, hendaklah kamu sekalian dapat meraih empat bagian. Dua bagian pertama untuk memperoleh ridha Tuhanmu dan dua bagian lain adalah sesuatu yang kamu dambakan. Dua bagian yang pertama ialah bersaksi dengan sesungguhnya bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan hendaklah memohon ampunan kepada-Nya. Dua bagian yang kedua yaitu kamu memohon (dimasukkan ke dalam) surga dan berlindung dari api neraka. Siapa yang memberi minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberi minum kepa¬danya dari telagaku, suatu minuman yang seseorang tidak akan merasa haus dan dahaga lagi sesudahnya, sehingga ia masuk ke dalam surga”. (Hadis Dhaif, Riwayat Ibnu Khuzaimah: 1780, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman: 3455. redaksi hadis di atas riwayat Ibn Khuzaimah).






Prof. Dr. M.M. Azami, editor kitab Shahih Ibn Khuzaimah, memberi catatan bahwa sanad hadis di atas adalah Dhaif, karena salah seorang rawi yang bernama Ali bin Zaid bin Jud'an dikenal dhaif (lemah hafalannya). Menurut kritikus hadis Yahya bin Ma'in, Ali bin Zaid bin Jud'an adalah laisa bi hujjah (tidak dapat dijadikan hujjah), menurut Imam Abu Zur'ah Ali bin Zaid bin Jud'an adalah laisa bi Qawiy (tidak kuat), dan begitu pula menurut ulama yang lain. (Baca: Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA, Hadis-Hadis Bermasalah, hal. 35). Hadis serupa dimuat pula dalam kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama terkenal, antara lain: Muhammad Yusuf al-Kandahlawi dalam kitab Hayah al-Shahabah, III/400–401, Imam al-Munzdiri dalam kitab al-Targhib wa al-Tarhib, I/16–17, Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Abdurrahman bin Baz dalam kitab Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, XV/44–45. Prof. Hasbi al-Shiddiqi: Pedoman Puasa:)






Dengan memperbanyak puasa sunnah di bulan Sya’ban, yaitu bagi mereka yang sebelum datangnya bulan itu telah membiasakan puasa sunnah. Namun demikian satu atau dua hari menjelang masuknya bulan Ramadhan dilarang melakukan puasa sunnah, kecuali bagi mereka yang sudah membiasakannya.






Dari Aisyah r.a. ia menuturkan, “Rasulullah s.a.w. biasa mengerjakan puasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah tidak berpuasa, dan beliau biasa tidak berpuasa, sehingga kami berpendapat bahwa beliau tidak pernah berpuasa. Akan tetapi aku tidak pernah melihat Rasulullah s.a.w. berpuasa sebulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat beliau lebih banyak berpuasa daripada puasa di bulan Sya’ban”. (Hadis Shahih, riwayat Bukhari: 1833 dan Muslim: 1956. teks hadis riwayat al-Bukhari).






Mengenai larangan puasa sunnah satu atau dua hari menjelang masuk Ramadhan, kecuali bagi mereka yang telah membiasakannya, disebutkan dalam hadis Nabi s.a.w.:






“Jangan kamu dahului Ramadhan dengan puasa sehari atau dua hari, kecuali bagi seseorang yang mempuasakan puasa tertentu, maka ia boleh meneruskan puasanya”. (Hadis Shahih, riwayat Bukhari: 1781 dan Muslim: 1812. teks hadis riwayat al-Bukhari).






Menyambut bulan Ramadhan dengan “tahni’ah”, yaitu menggembir¬akan umat Islam dengan kedatangan bulan itu yang penuh rahmat. Rasulullah bertahni’ah menyambut bulan Ramadhan dengan sabdanya:


"Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan padamu berpuasa di bulan itu. Dalam bulan itu dibukalah pintu-pintu langit, dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan syaitan-syaitan dibelenggu. Pada bulan itu terdapat satu malam yang nilainya lebih baik dari seribu bulan. Siapa yang tidak memperoleh kebajikan di malam itu, maka ia tidak memperoleh kebajikan apapun”. (Hadis Shahih, Riwayat al-Nasa`i: 2079 dan Ahmad: 8631. dengan redaksi hadis dari al-Nasa’i)


Ibadah puasa Ramadhan merupakan amal yang istimewa, karena ibadah yang lain adalah untuk dirinya sendiri, sedangkan ibadah puasa adalah milik Allah s.w.t. Dalam melaksanakan puasa diharapkan tidak hanya dapat meninggalkan makan, minum dan segala yang membatalkannya, akan tetapi harus dapat menjaga diri dari segala perbuatan yang tercela. Puasa itu diharapkan dapat memben¬tuk sikap mental kita, menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah dan beribadah dengan penuh keikhlasan.


Dalam berpuasa, manusia muslim dibentuk agar dapat mening¬katkan kesabaran, ketabahan, peningkatan daya tahan mental dan fisik. Rasa haus dan lapar dikala berpuasa, dapat meningkatkan solidaritas sosial terhadap orang-orang miskin yang ditimpa kesulitan, dan anak-anak yatim yang terlunta-lunta. Mengenai keutamaan ibadah puasa dan keharusan bersikap sabar, disebutkan dalam hadis Qudsi:



Allah Azza wa Jalla berfirman: “Setiap amal seorang manusia adalah untuk dirinya sendiri kecuali puasa. Puasa itu untuk-Ku dan Aku akan memberikan balasan kepadanya. Puasa itu adalah perisai, karena itu apabila salah seorang di antaramu berpuasa, janganlah mengucapkan perkataan yang buruk dan keji, jangan membangkit¬kan syahwat dan jangan pula mendatangkan kekacauan. Apabila ia dimaki atau ditantang seseorang, maka katakanlah: Aku sedang berpuasa,..”. (Hadis Shahih, riwayat al-Bukhari: 1771).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar